SIRI BERCAKAP DENGAN JIN

SIRI 177 - JUMPA DI KUBUR LAMA

SI gadis jelita termenung sejenak tetapi, sepasang matanya yang lembut terus menatap wajah Andi Kamarool Dan sekilas senyum berlari di kelopak bibir, tentunya untuk Andi Kamarool yang muka di dakap keresahan.


"Begini saja, awak ikut saya berjalan-jalan di sini."


"Untuk apa?" Andi Kamarool gugup.


"Melihat keindahan dan kecantikan kawasan ni. Lagipun awak orang baru di sini, Saya kira, jalan bersama tak salah. Macam mana, awak setuju?"


Andi Kamarool jadi serba salah. Sekejap garu kepala, sekejap garu leher, sekejap lagakan gigi atas dengan bawah sekali. Dia masih ragu untuk membuat keputusan.


"Bagaimana? Kamu ragu-ragu dengan aku?” desak si gadis.


"Ayuh, saya temankan awak," jawab Andi Kamarool penuh semangat.


"Bagus, kita menuju ke sungai," si gadis jelita memulakan langkah. Mereka berjalan beriringan.


Seperti apa yang saya lalui, Andi Kamarool juga turut mengalaminya. Dia melihat air sungai yang melimpah ruah tetapi mengalir tenang mengarah dengan dedaun kering dan kumpulan bunga teratai dari hulu.


"Mari kita mandi," si gadis jelita sambil menanggalkan pakaian. Cuma yang tinggal coli dan seluar dalam. Si gadis jelita teijun ke dalam sungai.


"Mari kita mandi," ajaknya lagi sambil melentangkan badan di permukaan air sungai yang tenang,


"Kenapa menung, jangan tunggu lama-lama. Terjun dan berenang sekarang," desak si gadis jelita, Dan kali ini, Andi Kamarool bersedia memenuhi permintaan itu. Dia segera terfikir, mungkin apa yang sedang dilaluinya ini adalah tipu helah pengawal rumah batu lama untuk memerangkapnya. Andi Kamarool tergesa-gesa berpatah balik,


"Kenapa kamu berpatah balik? Kamu takut dengan air," jerit si gadis dengan rasa kesal yang amat sangat. Andi Kamarool mempersetankan suara si gadis itu. Dia cuma senyum dan berpatah balik ke tebing sungai.


Berdiri kaku di situ, melihat si gadis jelita berenang dan menyelam sesuka hati. Tubuh si gadis yang segar jadi sasaran biji mata Andi Kamarool,


Payu dara yang keras dan tajam menolak coli yang nipis. Rambut yang panjang bagaikan tebaran jala bila si gadis yang memusingkan kepala dengan cepat. Si gadis terus berenang dan menyelam bagaikan puteri duyung. Semua gerak-geri yang dipamerkan seolah-olah berusaha membangkitkan nafsu berahi Andi kamarool. Ternyata Andi Kamarool tidak mudah untuk digoda.


Andi Kamarool terus menanti di pinggir tebing.


"Kenapa kamu tak pergi?" Soal si gadis sebaik saja dia menghampiri tebing. Tangan kiri nya memegang akar yang terjuntai ke dalam sungai, tubuhnya terus digerakkan-gerakkan dalam air sungai yang jernih. Andi kamarool dapat menikmati seluruh kulit tubuhnya yang putih melepak.


Di bahagian tengah belakangnya bertenggek seketul tahi lalat hidup,


"Kamu menanti sesuatu dari aku," tambah si gadis, dia terus berenang ke tengah sungai dengan cara terlentang.


"Lihat sini," jeritnya sambil melambai-lambaikan tangan ke arah Andi Kamarool. Dengan sekelip mata dia terus menyelam ke dasar sungai.


"Ke mana dia?" Hati kecil Andi Kamarool berkata sendirian. Cukup lama si gadis itu menyelam, Hampir kecewa Andi Kamarool dibuatnya.


Tiba-tiba si gadis muncul di permukaan sungai. Berenang dengan tenang ketepian. Dia melompat ke atas tebing. dengan sekelip mata coli dan seluar dalamnya terus kering dengan serta merta.


"Anehnya," bisik batin Andi Kamarool.


Si gadis terus senyum, seolah-olah tahu apa yang bergolak dalam dada anak muda di bibir tebing, Dan mata beningnya terus menatap sekujur tubuh Andi Kamarool.


Si gadis terjun ke dalam sungai kembali. Menyelam untuk beberapa saat dan muncul kembali dengan sebilah keris lama agak pendek tetapi, mempunyai lima luk tanpa hulu dan sarung. Semasa ditayangkan kepada Andi Kamarool mata keris lama mengeluarkan cahaya kekuning kuningan hanya untuk beberapa saat sahaja.


TEBING


Si gadis melompat atas tebing, sepasang kakinya dari paras lutut hingga ke hujung kaki berada dalam air sungai. Andi Kamarool melihat air sungai. Andi Kamarool melihat air dari hujung rambut jatuh meleleh perlahan di permukaan kulit dada dan belakang sebelum jatuh ke bumi.


"Cantik dan antik," si gadis menggerak-gerakkan keris lama berluk lima, dari kanan ke kiri di depan mata Andi Kamarool.


"Berikan saya."


"Buat apa?"


"Untuk kenang-kenangan," jawan Andi Kamarool.


"Mudahnya nak minta harta orang. Permintaan dan ajakan orang tak dilayan."


"Apa permintaannya."


"Buat lupa pula, bukankah tadi aku ajak kamu mandi bersama."


"Oh..!" Mulut Andi Kamarool separuh terlopong.


"Sudahlah."


Secepat kilat si gadis jelita mengangkat kaki dari sungai. Dia terus berdiri. Tubuhnya yang jadi sembilan puluh peratus bogel segera ditutupinya dengan tuala besar. Entah dari mana tuala itu menjelma? Semuanya membuat kepala Andi kamarool pening.


"Kita pulangkan keris ini ke tempatnya, kalau kamu berhajat silalah cari sendiri dalam sungai. Selamat tingggal orang muda "


"Jangan dibuang nanti dulu."


Si gadis buat tidak kisah dengan permintaan Andi Kamarool. Keris lama berluk lima segera dicampakkannya ke dalam sungai. Dia terus berlalu dan Andi Kamarool tersedar.


Kerana sudah ternyata apa yang dilakukan tidak mendatangkan hasil, kami memutuskan untuk pulang saja ke rumah papan. Tetapi, kami mengalami kejutan yang lain pula. Kami tidak dapat tidur, badan terasa panas, gatal dan berpeluh seperti berada dekat dengan unggun api.


Apa yang peliknya, menjelang subuh rasa panas, gatal dan peluh di badan hilang serta merta. Dan kami dapat menunaikan sembahyang subuh dengan sempurna.


Sepuluh minit setelah menunaikan sembahyang subuh. Kami diserang rasa mengantuk yang amat sangat, Bagaimana tidak terdaya membuka kelopak mata dan akhimya kami terlena di hadapan sejadah. Dan terjaga bila terdengar ketukan yang bertalu-talu di pintu. Saya suruh Andi Kamarool bangun dan membuka pintu, sebaik saja daun pintu terbuka, sinar matahari yang terang benderang terus masuk ke mang rumah papan.


Di muka pintu, tercegat Kak Sun menatang setalam makanan untuk sarapan pagi. Dia senyum penuh rasa ramah.


"Pukul berapa sekarang Kak Sun?" sambil menggosok-gosok mata Andi Kamarool bersuara.


"Dah pukul sembilan."


"Dah tinggi hari baru terjaga," keluh Andi Kamarool.


"Apa macam" Berjaya malam tadi?"


Pertanyaan itu tidak dijawab oleh Andi Kamarool. Dia menyambut talam yang dihulurkan oleh Kak Sun. Saya yang sudah berdiri di sisinya menggigit jari.


"Tamar letakkan di sana."


Setalam makanan untuk sarapan pagi segera bertukar tangan. Dari Andi Kamarool ke tangan saya. Talam segera saya letakkan atas lantai tanpa membuka tudung saji yang menutupnya.


"Usaha kami malam tadi gagal kak!" kata saya memberi jawapan, bukannya Andi Kamarool. Saya lihat Andi Kamarool anggukkan kepala. Tidak merasa tersinggung dengan tindakan saya itu.


"Agaknya kamu berdua tidur di sini, bukannya di anjung rumah batu. Sedapnya tidur hingga terpaksa dikejutkan," dalam senyum Kak Sun cuba menyindir kami.


"Ramalan kak tak tepat, kami balik ke rumah ni pukul tiga pagi. Lepas sembahyang subuh baru kami terlelap," terang saya bersungguh-sungguh. Andi Kamarool terus tersengih.


"Apa yang kau orang berdua rasa?"


"Macam-macam, nanti lain kali kami ceritakan pada kak," Andi Kamarool mencelah. Jawapan itu ternyata tidak menyenangkan hati Kak Sun.


"Ceritalah sekarang, apa salahnya."


 "Saya berjanji esok atau lusa saya cerita pada Kak," saya melahirkan sebuah janji. Kak Sun menarik nafas panjang.


"Kak bukan apa-apa. Mia yang suruh tanya."


"Jawapannya tetap sama kak," tingkah Andi Kamarool.

"Mia cuma nak tahu, bila kamu berdua gagal, apakah kamu nak teruskan juga."


"Malam ni, kami cuba lagi hingga hati kami puas. Sampaikan salam kami untuk Mia kerana mengambil berat tentang diri kami. Beritahu dia, sebelum berjaya kami tetap mencuba," tambah saya lagi.


"Baiklah."


Dan Kak Sun pun segera meninggalkan kami.


PERSIAPAN


Kerana tidak mahu mengalami kegagalan, kami segera membuat persiapan rapi, Petua dan ilmu yang ada dalam diri Andi Kamarool segera di satukan dengan petua dan ilmu yang saya miliki. Pelbagai jenis bunga dicari dan pelbagai jenis ramuan pula diburu. Demi mencari bahan-bahan tersebut, bukit kecil di belakang rumah papan jadi sasaran.


Di saat saya menyusun dan memilih barang-barang perlu didakwa boleh memanggil makhluk halus, Andi Kamarool menghilangkan diri entah ke mana. Kira-kira satu jam kemudian baru muncul kembali dengan wajah yang berseri-seri.


"99 jenis bunga kau dah bungkus Tamar?"


"Sudah."


"Serai wangi, kemenyan putih, pucuk pisang hutan di mana kamu letakkan?"


"Dekat bendul."


"Tulang lembu yang kita pesan dengan tukang kebun dah hantar?" Soal Andi kamarool, sambil matanya merenung kiri dan kanan.


"Ada, aku letak di kaki tangga. Kamu ke mana tiba-tiba hilang."


"Maafkan aku Tamar, tiba-tiba tergerak hatiku nak jumpa Mia. Aku terus cari dia."


"Jumpa di mana?"


"Aku jumpa di kubur lama di bawah pokok buluh kuning. Dia terkejut bila aku datang."


"Apa yang kamu berdua buat di situ," tanya saya sambil membayangkan yang Andi Kamarool menjelma menjadi harimau jantan dan Mia harimau betina.


"Dia ajak aku pergi ke sebatang anak sungai," kata-kata yang diluahkan oleh Andi Kamarool membuat saya cemas.


Mukanya saya renung,


"Jauh dari sini, Andi?" Tanya saya lagi-


"Aku tak dapat pasti berapa jauh, Anak sungai tu di kaki gunung, kami bercakap saja Tamar."


"Macam sungai..” saya tidak meneruskan kata-kata.


Andi Kamarool yang dapat menangkap maksud kata-kata saya itu, terus tersenyum.


"Bukan macam sungai yang aku dan kamu tengok tu,” nada suara Andi Kamarool cukup lemah.


"Kalau serupa, kita terus saja ke situ Andi."


"Serupa atau tidak, malam ni kita teruskan usaha kita Tamar."


"Sudah tentu," balas saya penuh keyakinan.


DATANG


MALAM itu, kami datang lagi ke rumah batu lama. Kali ini kami memilih ruang tamu sebagai tempat pertemuan. Mia merestuinya. Caranya sama seperti apa yang kami lakukan pada malam semalam. Cuma masanya saja dipercepatkan setengah jam lebih awal.


"Kita mulakan," kata saya sambil memegang bahu kanan Andi Kamarool.


"lya," balasnya lemah, ada getaran keresahan bermain di dadanya.


"Dengan izin Allah kita berjaya," kata saya memberi semangat. Andi Kamarool mengangguk. Saya segera memberi arahan kepadanya supaya bergerak seiringan menuju ke sudut kanan.


Di situ kami duduk, saling membelakangi menghadapi taburan bunga dan dupa yang mengeluarkan asap kemenyan. Bau kemenyan terus menyumbat lubang hidung. Saya memperkemaskan sila dan menegakkan badan. Begitu juga dengan Andi Kamarool. Suasana terasa amat sepi sekali.


Beberapa orang yang ditemui siang tadi menyatakan, dalam waktu tertentu, (terutama menjelang senja dan subuh) mereka pernah terlihat tongkat bergerak sendiri dan bunyi gelas berlaga sama sendiri yang dituruti dengan suara orang batuk. Mengingati semuanya itu, saya jadi cemas sendirian.


Dengan penuh tenang, kami terus menunggu. Mana tahu mungkin sebentar lagi ada kejadian aneh menjelma. Saya berusaha dengan sedaya upaya agar tidak terleka, mengantuk atau terkhayal.


Andainya perkara sedemekian terjadi, pasti kegagalan yang diraih. Saya kira, Andi Kamarool juga berbuat seperti apa yang saya buat, Masa terus berlalu, tidak ada apa-apa yang menjelma di depan mata. Suara lolongan anjing, suara burung hantu, suara kucing jantan mengiau manja memanggil kucing betina. Semuanya tidak kami endahkan.


Saya menahan nafas dan dada terus berdebar. Seekor kucing hitam, entah dari mana datangnya berdiri betul-betul di hujung kepala lutut. Matanya yang bercahaya merenung tajam ke arah saya. Lidahnya menjilat- jilat lantai simen rumah batu lama. Ketakutan dan kebimbangan segera berakhir, bila kucing hitam itu berlalu.


Ternyata sepanjang malam itu saya tidak mengalami sebarang kejadian aneh atau ganjil. Saya berjaya mengengkang biji mata hingga pagi. Tetapi, apa yang saya alami tidak sama dengan apa yang dirasakan oleh Andi Kamarool.


"Pengalaman yang sungguh hebat," Andi Kamarool membuka mulut di saat sarapan pagi bermula. Saya berhenti menghirup air kopi, sepasang biji mata saya arahkan ke wajahnya.


"Ceritakan, aku nak dengar," saya mendesak.


"Baik," balasnya lalu berhenti mengunyah makanan.


Andi Kamarool pun menceritakan apa yang dialaminya. Setelah menumpukan seluruh kalbu dan pancaindera untuk berdepan dengan pengawal rumah batu lama, dia merasai badannya terhinjut-hinjut seperti berada di atas pelana kuda yang sedang berlari kencang. Dan dalam masa yang sama macam ada seseorang yang sengaja memulaskan kepalanya hingga mukanya berada di belakang. Sakitnya bukan kepala, tidak dapat diceritakan atau dibayangkan kepada sesiapapun.


Andi Kamarool meronta dan melawan. Mungkin kerana marah, orang yang tidak dikenali mula bertindak kasar. Andi Kamarool terus dihumban ke tanah lapang, seluruh tubuh terasa sakit dan tulang-temulang bagaikan hancur. Andi Kamarool terjaga dan dia mendapati dirinya berada di tempat asal. Tidak berubah ke mana-mana dan sakit yang dialami hilang serta merta.


"Dahsyat juga," kata saya.


Andi Kamarool mengangguk perlahan sambil meneguh air kopi.


Saya menggigit bibir dan membuat kesimpulan, walaupun belakang kami bertemu tetapi, peristiwa yang kami alami tidak sama. Apakah semuanya itu sebagai petanda yang kami akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit lagi? Atau itu hanya sebagai ujian untuk menduga sejauh mana kesungguhan kami berdua dalam pencarian untuk bertemu dengan pengawal atau penunggu rumah lama? Macam-macam persoalan yang muncul di benak saya.


Sesungguhnya, sarapan pagi itu terlalu banyak menimbulkan persoalan yang buat kami terpaksa berfikir panjang.


"Lupakan apa yang kamu alami," nasihat Andi Kamarool, bila melihat saya kurang ghairah menjamah hidangan yang tersedia.


"Entah," saya mengeiuh.


Andi Kamarool tersenyum panjang. Entah apa yang difikirkannya. Saya sendiri tidak tahu.


KEJUT


Petang itu, di saat saya dan Andi Kamarool berehat di halaman rumah papan. Dia muncul, kedatangannya memang di luar dugaan kami berdua.


"Main catur?" Matanya menjunam kepada papan catur yang kami buat sendiri.


"Nak menghilangkan rasa jemu," saya menjawab. Sebenarnya di samping main catur kami juga berbincang sama ada mahu meneruskan usaha mencari pengawal rumah batu lama atau membatalkan saja, Dengan kehadiran Mia, perbincangan terpaksa dihentikan.


"Bagaimana? Dah dua malam mencuba, apa hasilnya?"


Mia renung muka saya dan secara tidak langsung pertanyaan itu memang ditujukan untuk saya. Tidak kuasa saya menjawabnya. Tetapi, Andi Kamarool tidak mahu menghampakan hati orang yang disenanginya.


'Tidak berhasil," kata Andi kamarool.


Segaris senyum berlari di kelopak bibir Mia. Anehnya, pandangannya tidak bembah masih merauti saya, tidak kepada Andi Kamarool.


"Mahu diteruskan?"


Mia ajukan pertanyaan, dia tidak puas hati, kerana pertanyaan tadi tidak saya jawab,


“Iya, tetap diteruskan," balas saya.


"Di tempat yang sama Tamar?"


'Tidak."


"Habis di mana pula Tamar," Mia menjengilkan biji mata,


Saya dan Andi Kamarool berpandangan. Mia menanti penuh debar, wajahnya membayangkan keresahan. Saya masih buntu, tidak tahu apakah jawapan yang harus saya tuturkan kepada Mia. Dan wajah Andi Kamarool membayangkan rasa serba salah. Seolah-olah ada sesuatu yang tidak kena dengan tindak-tanduk saya ketika itu.


Sebenamya, apa yang saya buat memang di luar pengetahuan Andi Kamarool. Tidak ada perbincangan atau permuafakatan sebelumnya. Semuanya berlaku secara spontan. Apa yang saya ucapkan kepada Mia, adalah kemahuan hati saya sendiri. Tidak hairanlah, kalau Andi Kamarool nampak serba salah.


"Mahu ke mana kita Tamar?"


Kata-kata yang terpancut dari kelopak bibir Andi Kamarool meletakkan saya dalam keadaan serba tidak kena. Bagi mengatasinya saya hanya bersandiwara dan diharapkan Andi Kamarool dapat memahaminya,


"Kau dah lupa dengan keputusan yang kita buat Andi?"


"Aku dah lupa Tamar."


Temyata Andi kamarool dapat memahami situasi yang terjadi. Dia segera mengikuti irama yang saya mainkan. Kami pun berbalas senyum.


"Bukankah sudah aku cakapkan yang aku mahu bersendirian, aku mahu bermalam di depan pintu masuk ruang tamu. Kau tidur seorang diri di rumah papan, kamu cepat sangat lupa pada janji Andi."


Andi Kamarool makin cemas dan gawat. Dia menggigit bibir, mungkin dia berfikir, kenapa saya bertindak demikian.


"Satu cara yang baik, bila kau orang berdua, penunggu rumah takut nak jumpa," Mia terus ketawa, dia bagaikan meyindir kami. Tetapi, saya tetap memperlihatkan wajah yang serius.


"Tamar bersungguh-sungguh Mia, dia bukan berjenaka," bisik Andi Kamarool telinga Mia. Dan ketawa Mia berhenti dengan serta-merta. Wajahnya mula menampakkan kesungguhan.


Dengan niat mencipta suasana aman, Andi Kamarool menceritakan pengalaman yang dilaluinya, Mia mendengar penuh khusyuk, sesekali kelihatan dia menggigit bibir dan menelan air liur. Barangkali, dia juga turut merasa kecewa dengan kegagalan demi kegagalan yang kami raih.


"Memang aku mengharapkan sangat-sangat yang kau orang berdua dapat berjumpa dengan apa yang aku cari, Selama ini hanya mendengar ceritanya saja, ada dua tiga kali aku melihat bebayang manusia yang tidak tentu rupanya. Macam-macam cerita ganjil terjadi di sini aku dengar," Mia meluahkan apa yang tersembunyi dalam hatinya selama ini.


"Jadi, kami sudah buat keputusan nak tangguh depan tangga Tamar."


"Iya, Mia."


'Teruskan Tamar," Mia memberi semangat. Dan dia mengubah topik perbualan ke arah lain. Mia banyak bercerita tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di kawasan tanah ladangnya.


Dan petang itu juga, dia membawa saya dan Andi Kamarool meninjau ke kawasan ladang getah, kebun pala, cengkih. Seperti hari-hari sebelumnya, bila berjalan bersama Mia, saya pasti merasakan ada sepasang mata yang mengawasi gerak langkah saya dengan Andi Kamarool.


Bau hamis harimau mula terhidu, seiring dengan itu, terdengar seperti dedaun gerah kering dipijak sesuatu. Malah ada dedaun itu yang pecah. Makhluk yang memijaknya tidak dapat di lihat. Bila hati kecil saya memaki hamun benda yang tidak kelihatan, saya menerima padah yang tidak diduga. Belakang saya terasa seperti dicakar-cakar. Tetapi, baju saya tidak pula  koyak.


"Maafkan saya," cetus batin saya.


Dengan serta merta, badan saya tidak dicakar lagi. Namun begitu bunyi telapak kaki makhluk ghaib terus mengiringi langkah saya.


Melihat dari gaya langkah, ayunan tangan Mia dan Andi Kamarool yang rancak itu, teryata mereka tidak diganggu makhluk ganjil. Sudah hampir separuh kawasan ladang yang luas itu dikelilingi, mereka berdua (Mia dan Andi Kamarool) tidak memperlihatkan rasa cemas atau bimbang. Masih rancak berbual dan ada ketikanya ketawa mesra.


Di saat matahari berubah warna menjadi kekuning-kuningan serta bergerak perlahan ke arah balik bukit nan menjulang. Kawasan ladang yang luas itu segera ditinggalkan, kami berjalan perlahan menuju ke halaman rumah batu lama. Di situ, Mia bagaikan tidak mahu berpisah, dia masih bercerita tentang rumah papan, tentang tanah ladang peninggalan orang tuanya.


Kongsikan Posting

Anda boleh klik butang di bawah untuk tanda.

SIRI 01 - SIRI BERCAKAP DENGAN JIN
SIRI 02 - BERTEMU DENGAN PENUNGGU BABI HUTAN
SIRI 03 - TERTIDUR DI RUMAH BUNIAN
SIRI 04 - KERETA DATUK TERSADAI DI TEPI JALAN
SIRI 05 - BERJAGA DI HUJUNG JAMBATAN
SIRI 06 - MELIHAT JEMBALANG AIR
SIRI 07 - TERKENCING DALAM SELUAR
SIRI 08 - MANUSIA BERKEPALA ANJING
SIRI 09 - PANJAT BILIK ANAK DARA
SIRI 10 - MENCARI HARTA KARUN
SIRI 11 - MENUNGGANG HARIMAU DI TENGAH MALAM
SIRI 12 - TOYOL JADI-JADIAN
SIRI 13 - PENUNGGU HUTAN HULU KINTA
SIRI 14 - BERSUAMIKAN HANTU RAYA
SIRI 15 - DIKEJAR MAYAT
SIRI 16 - KAIN DALAM PERUT GADIS
SIRI 17 - BERTARUNG DENGAN BOMOH ORANG ASLI
SIRI 18 - DIGANGGU LEMBAGA HITAM
SIRI 19 - DIRESAPI SEMANGAT MONYET
SIRI 20 - MEMBURU RAJA PUKAU
SIRI 21 - BERGURU DENGAN SYAITAN
SIRI 22 - PENUNGGU RUMAH TOK KAYA SENDI DIRAJA
SIRI 23 - ROH BAYI CARI IBU
SIRI 24 - PUAKA TIANG SERI
SIRI 25 - SUMPAH NASI TANGAS
SIRI 26 - ISTERINYA JADI KELIP-KELIP
SIRI 27 - MANUSIA TANPA KEPALA
SIRI 28 - KUBUR BERASAP
SIRI 29 - DIKACAU PENUNGGU KOLAM
SIRI 30 - ILMU RAJA KELAWAR
SIRI 31 - RUMAH MISTERI
SIRI 32 - BOMOH HUJAN KENA UJI
SIRI 33 - MUNTAHKAN ULAT DAN PAKU KARAT
SIRI 34 - BERJANJI DENGAN SYAITAN
SIRI 35 - MENGUSUNG IBLIS TENGAH MALAM
SIRI 36 - PUKAU ULAR TEDUNG
SIRI 37 - TERKENA BADI BELIBIS
SIRI 38 - SUARA AZAN DALAM KOLAM
SIRI 39 - DENDAM ORANG SABAR
SIRI 40 - PEMUDA MENJERIT MALAM
SIRI 41 - BERKASIH DENGAN LANGSUIR
SIRI 42 - SEPASANG TANGAN BERBULU
SIRI 43 - BUAYA JADI JADIAN
SIRI 44 - SKANDAL PAWANG BUAYA
SIRI 45 - BADAN PAWANG BERASAP
SIRI 46 - BERJALAN ATAS ANGIN
SIRI 47 - BILA SYAITAN DATANG MENGUJI
SIRI 48 - BERTEMU IBU SANTAU
SIRI 49 - RAHSIA SEBUAH KOLAM
SIRI 50 - MANUSIA HARIMAU
SIRI 51 - RAHSIA SEORANG SAHABAT
SIRI 52 - SEBILAH KERIS ANEH
SIRI 53 - GHAIB DALAM BAS
SIRI 54 - PENUNGGU ROTAN SEMAMBU
SIRI 55 - MAMAT BUKIT YANG GAGAH
SIRI 56 - BOMOH TERJUN
SIRI 57 - SUMPAH SELADANG MERAH
SIRI 58 - ILMU PAPAN SEKEPING
SIRI 59 - KELAWAR PONTIANAK
SIRI 60 - LUMPUH DI KAKI
SIRI 61 - TULANG JARI DI DAUN KELADI
SIRI 62 - PUJA KUBUR
SIRI 63 - NISAN BERDARAH
SIRI 64 - ORANG BERJUBAH HITAM
SIRI 65 - DARAH DALAM MULUT GADIS
SIRI 66 - PENDEKAR TERBANG
SIRI 67 - PELIHARA ULAT TOKAK
SIRI 68 - PUJA LIDAH ANAK DARA
SIRI 69 - ILMU KAUM KUBU
SIRI 70 - BANTAL PELUK BERJALAN MALAM
SIRI 71 - DIBURU MANUSIA IBLIS
SIRI 72 - DITELAN PASIR
SIRI 73 - DISERANG KUCING HITAM
SIRI 74 - PEREMPUAN CANTIK KOYAK KAIN
SIRI 75 - TELAN DARAH DAN NANAH
SIRI 76 - UJI ILMU PADA ISTERI ORANG
SIRI 77 - AKIBAT MALUKAN ORANG
SIRI 78 - KAKINYA DIPAUT BUMI
SIRI 79 - WANITA TANPA WAJAH JALAN MALAM
SIRI 80 - MAYAT BERBAU WANGI
SIRI 81 - DICAKAR KUCING HUTAN
SIRI 82 - HARTA KARUN DI KAKI CANGKAT
SIRI 83 - BUNUH JEMBALANG
SIRI 84 - BELAH PERUT BURUNG
SIRI 85 - KATAK GANJIL
SIRI 86 - LIDAHNYA KELUAR
SIRI 87 - TONGKAT BERUKIR KEPALA ULAR
SIRI 88 - MAYAT BERDIRI
SIRI 89 - CAWAN BERGERAK SENDIRI
SIRI 90 - ILMU PUKAU KUCING
SIRI 91 - CAHAYA DI LANTAI
SIRI 92 - BOMOH TUA BAWA BENCANA
SIRI 93 - MASIH DALAM UJIAN
SIRI 94 - PENJAGA AYAM HUTAN
SIRI 95 - DI KUNJUNGI GADIS WAKTU MALAM
SIRI 96 - HARIMAU DISANGKAKAN KUCING
SIRI 97 - UDIN TARZAN YANG TEWAS
SIRI 98 - TUBUH TERAPUNG DI UDARA
SIRI 99 - KAKI BERBULU
SIRI 100 - ORANG TUA MISTERI
SIRI 101 - MUNCUL DAN HILANG SEKELIP MATA
SIRI 102 - RAHSIA SEBUAH RUMAH TINGGAL
SIRI 103 - JAMUNG TENGAH MALAM
SIRI 104 - DIKUASAI SUARA ANEH
SIRI 105 - MANDI DI AMBANG PINTU
SIRI 106 - HARIMAU SEMBUNYI KUKU
SIRI 107 - MAKHLUK ANEH DI DUSUN DURIAN
SIRI 108 - NISAN BERGERAK
SIRI 109 - ILMU SUHAIMI KERABA
SIRI 110 - KURA-KURA MATA HIJAU
SIRI 111 - KELAWAR HISAP DARAH
SIRI 112 - KEPALA KE LANGIT
SIRI 113 - KITAB KEJAHATAN
SIRI 114 - HITAM SEPARUH BADAN
SIRI 115 - PULANG DARI KUBUR
SIRI 116 - BUDAK GANJIL TANPA PAKAIAN
SIRI 117 - ILMU TELAPAK PASIR MERAH
SIRI 118 - KENA SERBUK TULANG
SIRI 119 - BAYANG HITAM DATANG LAGI
SIRI 120 - DIGANGGU MONYET BESAR
SIRI 121 - TETAMU CACAT
SIRI 122 - MENGAKU KETURUNAN HANG JEBAT
SIRI 123 - TUBUH TERBENAM DALAM PASIR
SIRI 124 - BADI EKOR BUAYA
SIRI 125 - BERBALU KAIN KUNING
SIRI 126 - TUBUH DI AWANG-AWANGAN
SIRI 127 - DIREJAM DENGAN BULUH KUNING
SIRI 128 - RAHSIA DAUN SERIBU KAPIT
SIRI 129 - API KELUAR DARI KUBUR
SIRI 130 - SI TUA MISTERI DARI SOLOK
SIRI 131 - MENGGELETEK MACAM CICAK
SIRI 132 - BUKAN MUNTAH DARAH
SIRI 133 - RAHSIANYA MULA KETARA
SIRI 134 - LEMBAGA DI TEPI LAUT
SIRI 135 - KAYUH PERAHU DENGAN TANGAN
SIRI 136 - LELAKI SERBA HITAM
SIRI 137 - DIBELIT ULAR GHAIB
SIRI 138 - ULAR KEPALA BUAYA
SIRI 139 - SELUDUP SENJATA UNTUK PEJUANG
SIRI 140 - LAWI AYAM PEMBELAH PERUT
SIRI 141 - PULAU BERJALAN
SIRI 142 - GADIS JELITA JILAT DARAH
SIRI 143 - CAHAYA MISTERI DARI LAUT
SIRI 144 - RAHSIA SEBILAH PEDANG
SIRI 145 - ILMU SI BANGAU PUTIH
SIRI 146 - BERTARUNG DI BATANGHARI
SIRI 147 - DIUSIK PENUNGGU SUNGAI
SIRI 148 - MEMBUANG ANCAK
SIRI 149 - SYAITAN JADI DAMPINGAN
SIRI 150 - DITAWAN DARA KUBU
SIRI 151 - MISTERI KAIN HITAM
SIRI 152 - KETUANYA BOMOH WANITA
SIRI 153 - DENDAM BOMOH WANITA
SIRI 154 - CICAK HITAM DALAM BILIK
SIRI 155 - LEMBING PUAKA
SIRI 156 - MISTERI SENJATA LAMA
SIRI 157 - WANITA BERMATA SYAITAN
SIRI 158 - BERTANGANKAN KAKI HARIMAU
SIRI 159 - TERPENJARA DI RUANG MAYAT
SIRI 160 - MENGHADAPI UJIAN MAHAGURU
SIRI 161 - BALDI BERDARAH
SIRI 162 - SENAFAS DENGAN GURU
SIRI 163 - MAYAT DALAM GUNI
SIRI 164 - DENDAM TOK GURU
SIRI 165 - DIKEJAR MAKHLUK ANEH
SIRI 166 - LELAKI DARI KERINCI
SIRI 167 - WANITA DI RUMAH BATU
SIRI 168 - RAHSIA GADIS KERINCI
SIRI 169 - MENDENGAR SUARA GANJIL
SIRI 170 - DI BILIK MISTERI
SIRI 171 - MIA,GADIS HARIMAU
SIRI 172 - LEMBAGA DI PINTU
SIRI 173 - SAMION BONGKAR RAHSIA
SIRI 174 - GADIS MUNCUL WAKTU SUBUH
SIRI 175 - CALON SUAMI GADIS HARIMAU
SIRI 176 - MEMANGGIL MAHKLUK HALUS
SIRI 177 - JUMPA DI KUBUR LAMA
SIRI 178 - DIBURU PENUNGGU RUMAH LAMA
SIRI 179 - KAIN HITAM PEMBALUT TUBUH
SIRI 180 - DIRASUK KUCING JANTAN
SIRI 181 - RAHSIA HUJUNG KAMPUNG
SIRI 182 - JADI HAMBA IBLIS
SIRI 183 - MATANYA MULA MERAH
SIRI 184 - PENGAWAL BERTELINGA KUDA
SIRI 185 - MEREBUT GELIGA NAGA
SIRI 186 - ULAR HITAM JELMAAN JIN
SIRI 187 - SAKA NENEK MOYANG
SIRI 188 - BAHANA DURI IKAN PARI
SIRI 189 - TULANG PARI KELUAR DI LEHER
SIRI 190 - AYAH PERKOSA ANAK KANDUNG
SIRI 191 - KUBUR DI PANAH PETIR
SIRI 192 - MAKHLUK ANEH USUNG MAYAT
SIRI 193 - DAGING PIPINYA RELAI
SIRI 194 - TERAPUNG DI ATAS KUBUR
SIRI 195 - TERKAPAR DI PANGKAL POKOK
SIRI 196 - DIKEJAR ULAT BANGKAI
SIRI 197 - RAHSIA 4 PETI HITAM
SIRI 198 - TERKAPAR DI HALAMAN RUMAH
SIRI 199 - MAKHLUK HALUS DALAM DARAH
SIRI 200 - BERAKHIRNYA SEBUAH KUTUKAN
SIRI 201 - TAK DAPAT KAWAL PERASAAN
SIRI 202 - PEREMPUAN BEREKOR HARIMAU
SIRI 204 - TINGGALLAH DUKA TINGGALLAH SAYANG
SIRI 205 - DARA BERAT JODOH
SIRI 206 - DIDATANGI KELAWAR MATA MERAH
SIRI 207 - MANUSIA KABUS
SIRI 208 - DARA DIMAKAN SUMPAH
SIRI 209 - DENDAM DARI BILIK RAHSIA
SIRI 210 - MANGSA SUSUK IBU
SIRI 211 - SUSUK GADAI ANAK
SIRI 212 - ANAK SULUNG NIKAH SELUDANG
SIRI 213 - TAK RELA MATI KATAK
SIRI 214 - DENDAM DUKUN BANTEN
SIRI 215 - LEMBAGA HITAM TANPA KAKI
SIRI 216 - RAJA SUSUK MATI DI MASJID
SIRI 217 - MAYAT BERBAU WANGI
SIRI 218 - MENJUNJUNG SONGKOK HITAM
SIRI 219 - RAHSIA PONDOK RAJA SUSUK
SIRI 220 - SUARA AZAN DALAM RIMBA RAYA
SIRI 221 - DIUSIK HARIMAU RAJA SUSUK
SIRI 222 - DISERANG MONYET JADIAN
SIRI 223 - DIUSIK MANUSIA KELUANG
SIRI 224 - DISERANG PONTIANAK
SIRI 225 - PENUNGGU BILIK
SIRI 226 - WANITA DALAM BILIK PAWANG
SIRI 227 - DI PINTU KEMATIAN
SIRI 228 - DENDAM WANITA HODOH
SIRI 229 - SEDUT TULANG BAYI
SIRI 230 - WANITA BERKAKI IKAN
SIRI 231 - PAWANG 99 ISTERI
SIRI 232 - HARUAN BESARKAN KEMALUAN
SIRI 233 - DUGAAN PERJALANAN
SIRI 234 - DALAM CENGKAMAN PENGKHIANAT
SIRI 235 - TERDESAK JADI HARIMAU
SIRI 236 - MANGSA RAJA SIHIR
SIRI 237 - DIRESAPI SEMANGAT HARIMAU
SIRI 238 - TERJEGIL BIJI MATA
SIRI 239 - DARAH LENGAN SEBAGAI IMBALAN
SIRI 240 - DIPEGANG JIN TANAH
SIRI 241 - DENDAM
SIRI 242 - JASAD JADI BATANG PISANG
SIRI 243 - TEPUK BUMI PETAKA TIBA
SIRI 244 - RAHSIA 3 MANUSIA TERBONGKAR
SIRI 245 - BAJU KOYAK AZIMAT BERTABUR
SIRI 246 - 3 MANUSIA LAKNAT TEWAS
SIRI 247 - DIANCAM DENGAN PARANG PANJANG
SIRI 248 - TUNGGANG HARIMAU LINTAS JALAN
SIRI 249 - MAKAN BERSAMA DI RUMAH TAJUDDIN
SIRI 250 - PEMUDA RAMBUT PANJANG
SIRI 251 - REBAH DI PINTU SURAU
SIRI 252 - PAK GURU MASUK PARIT
SIRI 253 - ANAK KAMI DISIHIR ORANG
SIRI 254 - TUK GURU SASAU
SIRI 255 - BOMOH KENA TENDANG
SIRI 256 - IMAM SHAFIE PALSU DAPAT ILMU SYAITAN
SIRI 257 - REBUT TOK GURU
SIRI 258 - SYAITAN DALAM DARAH
SIRI 259 - TANAM GELAS DENGAN TUMIT
SIRI 260 - DISERANG PENGIKUT SETIA
SIRI 261 - ABU BAKAR BAWAFI UTUSAN ALLAH
SIRI 262 - TUMBUK BUMI KAKI LEMBIK
SIRI 263 - SUARANYA TERSEKAT
SIRI 264 - DI TENGAH KAMPUNG TERPENCIL
SIRI 265 - SUARA KUDA DITENGAH SAWAH
SIRI 266 - GURU JADI HARIMAU
SIRI 267 - KUBUR MAHAGURU GHAIB
SIRI 268 - BERMALAM SAJA DI SINI
SIRI 269 - MENGUNCI MULUT BUAYA DAN ULAR
SIRI 270 - ORANG BETAWI
SIRI 271 - BILIK MISTERI
SIRI 272 - TENDANGAN MAUT
SIRI 273 - USUNG KERANDA REPUT
SIRI 274 - DIBAYANGI MAKHLUK ASING
SIRI 275 - TENGKORAK DI TENGAH JALAN
SIRI 276 - PERJALANAN DIHALANG
SIRI 277 - SELAMAT TINGGAL SHAFIE
SIRI 278 - MENCARI KETURUNAN PENDEKAR
SIRI 279 - IKRAR TURUNAN PENDEKAR
SIRI 280 - PENDEKAR ITU NAMANYA MAHRUF
SIRI 281 - PELURU DALAM BADAN ZUBIR
SIRI 282 - JAGUH ORANG MISKIN
SIRI 283 - PENDEKAR DIUGUT PEMANDU LORI
SIRI 284 - SELAMAT JALAN KAWAN
Newer Post Older Post

Telah Dibaca

Home

Lain-Lain Artikel

Chat Box